Sekilas sejarah catur dunia
Nama catur di Bahasa Indonesia sendiri diambil dari kata "chaturangga" tsb dari Bahasa Sansekerta (चतुरङ्ग; caturaṅga) yang artinya "dibagi empat", karena kolom papan terbagi atas 4 kolom. Permainan chaturangga dikembangkan mula-mula di masa Kerajaan Gupta sekitar abad ke-6 M. Formasi 4 jenis pion pada chaturangga mengacu pada formasi pasukan "ratha" (kereta perang) dalam Epos Mahabharata, yang disebut "Akhsyauhini" (अक्षौहिणी) dimana dalam Mahabharata (Adi Parva 2.15-23), formasi ini terdiri atas:
- 21.870 ratha (pasukan kereta) - राथा rāthā
- 21.870 gaja (pasukan bergajah) - गाजा gājā
- 65.610 asyva (pasukan berkuda/kavaleri) - एकशवा aśvā/ēkaśvā
- 109.350 padhatta (pasukan darat/infantri) - पाडाआटा pādā'ṭā
Perjalanan Sejarah Catur
Sejarah permainan ini bermula pada abad ke-6, di India. Selama masa pemerintahan raja-raja Gupta, permainan ini disebut caturaṅga. Dari India, catur menyebar ke Persia dan disebut sebagai shatranj di Sassanid. Aturan permainan ini lantas dikembangkan lebih lanjut, dan segera, Shatranj menjadi aktivitas rekreasi kerajaan favorit di dunia muslim. Dari Persia, catur kemudian menyebar ke Arab. Catur selanjutnya dikenal di seluruh Spanyol dengan nama ajedrez dan sebagai xadrez di Portugal.
Perlahan-lahan, caturanga menjadi zatrikion dalam bahasa Yunani, dan akhirnya menyebar di Eropa. Pada masa-masa kemudian, papan permainan catur didistribusikan dalam bentuk souvenir dan cinderamata di keluarga kerajaan dan masyarakat umum. Penelitian sejarah menunjukkan bahwa catur mencapai Eropa Barat dan Rusia pada abad ke-9